Surabaya - Gubernur Jatim Soekarwo mengaku prihatin atas peristiwa tewasnya empat pendukung fanatik kesebelasan Persebaya 1927, yang biasa disebut Bonek.
"Saya benar-benar prihatin, olahraga bal-balan sampai jatuh korban suporter meninggal dunia. Saya ingin pola perdamaian antarkelompok suporter fanatik di Jatim yang pernah digagas mantan Kapolda Jatim Irjen Badrodin Haiti digagas kembali," tegasnya kepada wartawan di gedung negara Grahadi Surabaya, Senin (12/3/2012).
Menurut Pakde Karwo, kesulitan yang dihadapi untuk mendamaikan antarsuporter, karena apa yang diputuskan di tingkat elit (ketua kelompok suporter) ternyata tidak tersosialisasikan dengan baik di tingkat bawah. "Saat pertemuan di Mapolda Jatim waktu itu, Luki Acub Zaenal dari perwakilan Aremania mengatakan dirinya setuju perdamaian, tapi butuh proses lama untuk menjelaskan di tingkat bawah," tuturnya.
Pakde Karwo dalam waktu dekat akan mengajak bupati/walikota yang memiliki kelompok suporter fanatik untuk bersama-sama merumuskan solusi perdamaian suporter. Di antaranya pejabat di wilayah Surabaya, Malang, Lamongan dan Kediri. "Nanti juga melibatkan kalangan tokoh masyarakat setempat, pemilik klub sepakbola, kepolisian, PSSI dan pakar sosiologi serta psikolog," ujarnya.
Dia menjelaskan, kerusuhan suporter seringkali disebabkan fanatisme yang berlebihan dan dipicu faktor panitia penyelenggara pertandingan yang kurang mengantisipasi membludaknya penonton. Selain itu, mereka juga kadang-kadang marah akibat kepemimpinan wasit pertandingan kurang profesional.
"Banyak penonton yang tak bertiket ingin masuk stadion. Ini akhirnya timbul rasa ketidak adilan antarpenonton yang punya uang dan tidak punya uang," pungkasnya. [tok/kun]
"Saya benar-benar prihatin, olahraga bal-balan sampai jatuh korban suporter meninggal dunia. Saya ingin pola perdamaian antarkelompok suporter fanatik di Jatim yang pernah digagas mantan Kapolda Jatim Irjen Badrodin Haiti digagas kembali," tegasnya kepada wartawan di gedung negara Grahadi Surabaya, Senin (12/3/2012).
Menurut Pakde Karwo, kesulitan yang dihadapi untuk mendamaikan antarsuporter, karena apa yang diputuskan di tingkat elit (ketua kelompok suporter) ternyata tidak tersosialisasikan dengan baik di tingkat bawah. "Saat pertemuan di Mapolda Jatim waktu itu, Luki Acub Zaenal dari perwakilan Aremania mengatakan dirinya setuju perdamaian, tapi butuh proses lama untuk menjelaskan di tingkat bawah," tuturnya.
Pakde Karwo dalam waktu dekat akan mengajak bupati/walikota yang memiliki kelompok suporter fanatik untuk bersama-sama merumuskan solusi perdamaian suporter. Di antaranya pejabat di wilayah Surabaya, Malang, Lamongan dan Kediri. "Nanti juga melibatkan kalangan tokoh masyarakat setempat, pemilik klub sepakbola, kepolisian, PSSI dan pakar sosiologi serta psikolog," ujarnya.
Dia menjelaskan, kerusuhan suporter seringkali disebabkan fanatisme yang berlebihan dan dipicu faktor panitia penyelenggara pertandingan yang kurang mengantisipasi membludaknya penonton. Selain itu, mereka juga kadang-kadang marah akibat kepemimpinan wasit pertandingan kurang profesional.
"Banyak penonton yang tak bertiket ingin masuk stadion. Ini akhirnya timbul rasa ketidak adilan antarpenonton yang punya uang dan tidak punya uang," pungkasnya. [tok/kun]
Sumber : beritajatim.com
0 komentar:
Posting Komentar